Bakteri
adalah suatu organisme hidup yang memiliki struktur sel sangat sederhana dan
hanya bersel tunggal (uniselular). Bakteri berkembang lebih banyak di antara
semua jenis organisme yang ada. Bakteri dapat ditemukan di berbagai tempat,
seperti tanah, air, ataupun sebagai simbiosis organisme lain. Bakteri pertama
kali ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 tepat setelah
ditemukannya mikroskop.
Jenis-jenis
bakteri sangatlah banyak. Untuk memudahkan mengenalinya bakteri dibagi
berdasarkan cara memperoleh makannya, berdasarkan bentuknya, dan yang terakhir
penggolongan jenis bakteri berdasarkan proses pewarnaan.
Penggolongan Jenis Bakteri Berdasarkan Cara
Memperoleh Nutrisi
Penggolongan jenis
bakteri berdasarkan caranya memperoleh nutrisi dapat digolongkan menjadi dua
jenis bakteri, yakni jenis bakteri heterotrof dan jenis bakteri autotrof
A. Jenis Bakteri
Heterotrof
Zat
organik yang berasal dari lingkungan sekitarnya adalah sumber makanan bagi
bakteri jenis ini. Jenis bakteri ini melakukan hal itu karena ia tidak dapat
membentuk zat organik yang diperlukannya secara sendiri. Zat organik yang dibutuhkannya bisa berasal
dari sisa-sisa organisme makhluk lain. Jenis bakteri heterotrof yang
mendapatkan zat organik dari sisa makanan makhluk hidup lain biasa disebut
dengan jenis bakteri saprofit atau dikenal juga dengan sebutan jenis bakteri
pembusuk. Jenis bakteri pembusukkan menguraikan zat organik dalam sisa-sisa
makanan tadi menjadi zat anorganik, seperti H2, CO2,
energi,dan mineral. Bakteri tersebut juga terdapat pada usus manusia , jenis
bakteri ini akan bekerja maksimal untuk menguraikan serat-serat makanan yang
masuk ke dalam usus manusia. Dengan demikian, manusia akan sangat mudah
mengeluarkan sisa metabolisme tubuh.
Selain
jenis bakteri saprofit yang menguntungkan, ada juga golongan jenis bakteri
heterotrof yang merugikan, yakni jenis bakteri parasit. jenis bakteri parasit
akan menyebabkan patogen atau sakit karena jenis bakteri ini tidak memakan
makanan sisa metabolisme, melainkan mengambil makanan dari zat organik yang
masih diperlukan inangnya.
B. Jenis Bakteri Autotrof
Berbeda dengan jenis
bakteri heterotrof, jenis bakteri autotrof mampu membentuk zat organik yang dia
perlukan sebagai makanannya sendiri. Jenis bakteri ini dibedakan lagi menjadi
dua yaitu, fotoautrotrof dan bakteri kemoautotrof.
Jenis bakteri
fotoautotrof adalah jenis bakteri yang memanfaatkan cahaya matahari sebagai
energi untuk mengubah zat anorganik menjadi zat organik melalui proses
fotosintesis. Contoh dari jenis bakteri ini, di antaranya bakteri hijau dan
bakteri ungu.
Sementara jenis bakteri
kemoautotrof adalah jenis bakteri yang menggunakan energi kimia untuk
menghasilkan makanannya. Contoh dari jenis bakteri kemoautotrof adalah
Nitrosomonas, Nitrosococcus, dan Nitrosobacter yang dapat memecah NH3 menjadi
NH2, air, dan energi.
Nitrosomonas
Penggolongan Jenis Bakteri Berdasarkan Bentuk
Jika
penggolongan jenis bakteri berdasarkan cara memperoleh makannya hanya memiliki
dua jenis bakteri, maka berbeda dengan jenis bakteri yang digolongkan
berdasarkan bentuknya. Penggolongan jenis bakteri berdasarkan bentuknya
memiliki beberapa jenis bakteri, yakni jenis bakteri Coccus, jenis bakteri
Basil, dan jenis bakteri spiral.
Coccus
adalah jenis bakteri yang memiliki bentuk bulat seperti bola dan beberapa
variasi bentuknya. Misalnya, mikrococcus (jika bakteri berukuran kecil dan
tunggal), diplococcus (jika berjumlah ganda), tetracoccus (jika bergandengan
empat dan membentuk bujursangkar), sarcina (jika bergerombol dan membentuk
kubus), staphyloccus (jika bergerombol), streptococcus (jika bergandengan dan
membentuk rantai).
Basil (bacillus)
adalah kelompok atau jenis bakteri yang memiliki bentuk batang atau silinder.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah diplobacillus (jika bergandengan dengan
berpasangan dua-dua), streptobacillus (bergandengan dan membentuk rantai).
Spiril (spirilum)
adalah jenis bakteri yang memiliki bentuk lengkung dan beberapa variasinya,
seperti vibrio (bentuk koma, lengkung, atau kurang dari setengah lingkaran) dan
spiral (berbentuk lengkung, tetapi lebih dari setengah lingkaran).
Penggolongan Bakteri Berdasarkan Proses
Pewarnaan
Bakteri
mempunyai struktur, morfologi dan sifat yang khas. Untuk memahami struktur
tersebut kita perlu melakukan proses pewarnaan atau staning karena bakteri yang
hidup hampir tidak berwarna. Proses ini memungkinkan kita dapat melihat bagian
dalam tubuh bakteri tersebut dan juga dapat mengetahui sifat fisiologinya yaitu
mengenai reaksi dinding sel bakteri melalui proses pewarnaan tersebut.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat,
intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang
sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat
warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam
encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini
merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies.
Teknik
pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan
struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan
menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang
sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang
menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe
disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya
mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel.
Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan
pengecatan kapsul.
Pada
pewaranaan differensial terdapat metode Gram, suatu metode untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan
gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka ( reaksi
atau sifat bakteri terhadap cat). Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,
ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini
pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella
pneumoniae (penyebab penyakit paru-paru).
Hans Christian Gram
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat
reagen yaitu :
·
Zat
warna utama (violet kristal)
·
Mordan
(larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
·
Pencuci
/ peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan
uantuk melunturkan zat warna utama.
·
Zat
warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel
yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
Bakteri
Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada
metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil
ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak.
Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan
setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna
merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua
tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Metode
Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel
seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu
dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia.
Bakteri bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat
lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel
tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel
bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan
sederhana atau Gram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar